2014-06-02 – Penandatanganan MoU CoMU Project

Pelaksanaan CoMU Project ini ditandai dengan adanya pertemuan antara JICA Indonesia dan Bpk. Almarhum Mawardy Nurdin untuk membahas tentang hubungan antara Kota Banda Aceh dan Kota Higashimatshushima yang dituangkan dalam Minute of Meeting dan ditandatangani oleh Bapak Atsushi Sasaki Kepala perwakilan (Kantor JICA Indonesia), Bapak Alm. Mawardy Nurdin (Walikota Banda Aceh), Dr. Seiichi Otaki (Presiden HOPE Higashimatshushima), dan Mr. Hideo Abe (Walikota kota Higashimatshushima) pada tanggal 15 November 2013. Proyek ini didanai oleh JICA dalam salah satu programnya yaitu JICA.

penandatanganan-720x340

Partnership Program

Untuk mengukuhkan kerjasama kedua kota ini, maka pada hari Senin, 2 Juni 2014 telah dilaksanakan video telewicara antara Kota Banda Aceh, Indonesia dengan Kota Higashi-matsushima, Jepang yang bertujuan untuk penandatanganan MoU antara Pemko Banda Aceh dan Pemko Higashi- matsushima.

Pihak pemerintah Kota Banda Aceh hadir mendamping ibu Plh Walikota Banda Aceh, diantaranya Asisten II, Asisten III, Sekretaris Daerah, Kepala Bappeda, Kepala Dinas, Kepala BPBD, Kepala Bagian Hukum, Kepala Bagian Ekonomi dan tim COMU Project Banda Aceh. Sedangkan dari pihak Higasimatsushima hadir Bapak Hideo Abe, Walikota
pemandangannya yang indah yang dibentuk dari komposisi lebih dari dua ratus pulau yang tesebar di teluk Matsushima. Pulau Miyato, pulau terbesar di teluk tersebut, berada di sudut barat Higashi- matsushima.

Di Pulau Miyato terdapat banyak desa kecil para nelayan. Selama beberapa generasi, sumber mata pencaharian mereka umumnya dari perikanan, budidaya rumput laut dan budidaya tiram. Pulau ini sering didatangi turis karena pemandangannya yang unik, sehingga pariwisata juga menjadi bagian penting dari perekonomian masyarakat. Keseharian masyarakat di pulau ini sangat berhubungan erat dengan laut.

Pada tanggal 11 Maret 2011, tsunami besar melanda daerah ini. Higashi- matsushima terkena kerusakan yang parah. Perahu-perahu milik para nelayan hanyut dan lahan pertanian dan rumput laut hancur. Hampir semua penduduk desa dari Pulau Miyato berhasil melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi kecuali hanya beberapa kelompok penduduk dari kawasan utama Higashi- matsushima

Kawasan utama Higashi- matsushima dapat dicapai melalui sebuah jembatan pendek dari Pulau Miyato. Tepi pantai yang panjang sebelumnya adalah pantai yang sangat besar. Pada musim panas selalu dikunjungi oleh penduduk dari seluruh wilayah. Saat ini pantai ditutup karena pekerjaan konstruksi untuk memperbaiki dan meninggikan dinding penahan air laut yang pernah ada. Dinding penahan air laut sebelumnya tidak dapat menahan hantaman tsunami tanggal 11 Maret 2011 lalu. Gelombang masuk jauh ke dalam kawasan dengan kecepatan dan ketinggian yang luar biasa, membanjiri sawah, menelan banyak korban jiwa dan menghanyutkan rumah-rumah.

Daerah yang disebut Nobiru adalah kawasan terburuk yang terkena dampak tsunami. Sekarang, seluruh Nobiru menjadi sebuah daerah konstruksi yang besar. Air laut sedang dikeringkan dari lahan pertanian. Seluruh masyarakat sedang direlokasi ke atas pegunungan. Gunung-gunung dipotong dan diratakan, mesin conveyor pembawa material sepanjang 1,2 km dan selebar jalan telah digunakan untuk mengangkut berton-ton tanah. Program relokasi daerah Nobiru adalah salah satu yang terbesar di negara Jepang. Ini adalah sebuah proyek ambisius. Penduduk setempat masih menunggu sambil tinggal di kawasan perumahan sementara.

Karena tsunami, banyak juga lapangan pekerjaan yang hilang, baik di peternakan maupun di laut. Sebagian orang menemukan pekerjaan sementara di tempat penyortiran puing-puing tsunami di wilayah Omagari. Orang-orang yang dipekerjakan untuk memilah puing-puing secara manual ke dalam berbagai kategori, sehingga dapat didaur ulang. Dengan cara ini, Higashimatsushima berhasil mengurus puingpuing dengan biaya yang sangat murah. Semua pemilahan dan pengolahan sekarang selesai dan banyak orang kini harus mencari pekerjaan baru.

Pusat kota Higashimatsushima adalah daerah Yamoto, di mana kawasan terbesarnya adalah perumahan dan komersial. Kawasan ini bersambung langsung dengan kota berikutnya Ishinomaki, sebuah kota pelabuhan yang lebih besar dengan banyak industri berskala besar pula. Banyak orang dari Higashimatsushima bekerja di Ishinomaki. Sebagian besar hasil laut juga melewati Ishinomaki sebelum mencapai pasar nasional. Skala ekonomi Higashimatsushima jauh lebih kecil dibandingkan Ishinomaki. Banyak keluarga menjalankan bisnis-bisnis lokal.

Setelah tiga tahun pasca tsunami, orang-orang bekerja keras untuk memulihkan kehidupan mereka agar kembali normal. Rumah-rumah telah dibangun, toko-toko baru telah dibuka, hasil pertanian sudah mulai dipanen, dan taman bermain sementara dibuka kembali. Tapi masih begitu banyak yang harus dilakukan.

Beberapa petunjuk ditemukan di banyak tempat tapi orang masih menunggu jawaban. Bagaimana kota dapat dikembalikan menjadi lebih baik? Bagaimana bencana dapat dicegah? Bagaimana sumber daya di kota ini dapat diberdayakan secara lebih baik? Bagaimana kemungkinan kota ini di masa depan? Mudah-mudahan proyek ini dapat memberikan beberapa jawaban. Higashimatsushima sedang melaksanakan konsep “Future City” seperti pada gambar dibawah ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

11 + 8 =

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>